Monumen Dasasila Bandung

To commemorate the event of Asia-Africa Conference that took place in April 18-25, 1955 in Bandung, the local government erected the Dasasila Monument, placed exactly in the center of five intersecting highways. The chosen artist who was assigned to create the monument was Sunaryo, selected through a competition held by the government in 1984. The shape of the monument took inspiration from Bandung’s reputation as a ‘flower city’ and a culturally rich mini-metropolis that hosted the Asia-Africa Conference. Those values were represented in the shape of five flower pistils, representation of the five initiator countries, and ten petals, a representation of the Ten Values of Declaration or Dasasila (dasa means ten, while sila is value or points). In 2015, around the time of the 60th anniversary of the conference, this monument was relocated to Merdeka Building Complex.

Untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika pada 18-25 April 1955 di Bandung, pemerintah Kota Bandung membangun Monumen Dasasila Bandung, tepat di tengah simpang lima Jalan Asia Afrika, Karapitan, Ahmad Yani, dan Jalan Gatot Subroto. Tahun 1984 sebuah sayembara diadakan untuk memilih pematung. Seniman yang terpilih adalah Sunaryo, salah satu lulusan fakultas seni Institut Teknologi Bandung. Monumen ini bertumpu pada konsep Bandung sebagai kota kembang, kota budaya, dan kota konferensi Asia-Afrika. Lima putik pada bagian atasnya merujuk pada nama negara pemrakarsa, sementara sepuluh susun kelopak mengatakan ihwal sepuluh keputusan penting konferensi. Bentuk bunga juga dimaksudkan untuk menegaskan citra Bandung sebagai kota kembang dan kota budaya. Monumen ini kini tidak ada lagi di Simpang Lima. Pemerintah Kota Bandung memindahkannya ke Kompleks Gedung Merdeka menjelang peringatan Ke-60 Konferensi Asia Afrika, April 2015.

Notes:
This article about a sculpture in Indonesia is a stub. You can help IPAA by expanding it.