Monumen Juang 45
Located on Kertanegara Street, on May 20, 1975, Monumen Juang’ 45 was built by the Malang City Government in order to symbolize the end of colonialism in Indonesia. It was built using cement cast and iron framework, painted in copper as finishing. This monument was 5 meter tall, displaying an intricate metaphorical depiction of the struggle to tackle colonialism.
The scenes represented in the monument each depicted the struggles of war. An evacuation process, a number of warriors stepping on a massive giant figure that was lying on the ground in defeat; a metaphor of a collaboratively-gained victory against the colonial occupation; the giant’s ankles were tied and it was lying on its side. There were also scenes of running refugees, citizens holding various weapons being ready for battle, and then a medical aid in action.
On each corner of the foundation, there were reliefs of Hindu temple icons. On the back and right, the relief shows the military war scene, especially the right side with tanks and rifles. There were also the scene of the historic Dutch flag tearing at Yamato Hotel and a scene of torture depicted on the left side. The Proclamation of Independence text was inscribed on the front side.
Berlokasi di Jl. Kertanegara, pada 20 Mei 1975 Monumen Juang’ 45 dibangun oleh Pemerintah Kota Malang untuk melambangkan akhir kolonialisme di Indonesia. Monumen tersebut dibuat dengan material cor semen dan rangka besi dengan cat warna tembaga sebagai sentuhan akhir. Monumen Juang’ 45 memiliki tinggi 5 meter dan terdiri dari komposisi metaforik sejumlah figur manusia dan sesosok figur raksasa.
Patung ini menggambarkan sekumpulan rakyat yang mengungsi dan terluka serta sejumlah pejuang yang berpijak di atas tubuh figur raksasa. Figur raksasa ini melambangkan koloni yang sempat menguasai Indonesia. Figur raksasa digambarkan sedang tergeletak dan berbaring menyamping dengan kepala menghadap ke kanan dan pergelangan kaki terikat. Di atas raksasa terdapat 3 orang yang berdiri di atas dada raksasa. Satu orang memiliki keris di sabuk dan tampak menunjuk dengan tangan kanan ke arah depan dan tangan kiri menggenggam bambu runcing. Satu orang menekukkan kaki kanannya di atas bahu kiri raksasa sedang meneduhi mata dengan tangan kanannya sambil melihat ke depan. Lalu seorang lagi berada dalam posisi sedang berupaya menaiki raksasa melalui lehernya sambil menenteng sebuah senapan laras panjang dengan pandangan lurus ke depan.
Relief-relief di sisi monumen menjelaskan perjuangan pada masa perang kemerdekaan 1945 sampai 1949 di Kota Malang. Di sisi pondasi terdapat relief ikon candi Hindu. Di sisi belakang dan kanan relief menampilkan adegan perang. Di sisi kanan terdapat adegan perobekan Hotel Yamato dan penyiksaan penjajah kepada rakyat. Di bagian depan terdapat Teks Proklamasi dan pengibaran bendera. Di sisi kiri terdapat adegan perang menggunakan senapan dan tank. Monumen dikelilingi delapan pagar di tepi monumen sebagai simbol budaya Jawa. Monumen berada di atas kolam dengan beberapa air mancur dan bunga teratai di sekelilingnya. Pada sisi timur terdapat relief Sukarno-Hatta dan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Di sisi utara menggambarkan kekejaman penjajah Jepang dan Belanda. Sedangkan di sisi Barat dan sisi Selatan menggambarkan pertempuran.
Detail Info
Title | Monumen Juang 45 |
Also known as | |
Creator/Artist | |
Created | 20 Mei 1975 |
Inauguration Date | |
Located in | Malang |
Address/Location | Jl. Kertanegara |
Artwork Type | Monument (Landmark) |
Material | Cor semen dengan cat tembaga |
Measurements | 10m x 40m x 5m (PxLxT)
10 x 40 meter dengan panjang pondasi 6,90 meter, panjang patung 3,30 meter dan tinggi 2 meter. Jika digabung dengan patung tertinggi, maka total keseluruhan tingginya mencapai 5 meter |
Owner | |
Project Budget | |
Funding Source | |
Person in charge | Nadya Salsabila Daniputri |
Notes:
This article about a sculpture in Indonesia is a stub. You can help IPAA by expanding it.