Monumen Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII (1845-1907) was the king of Toba who was nominated as a national hero in 1961. He played a central role in the fight against the colonial invasion of North Sumatra. He led the Tapanuli War from 1878 to 1907, which ended when he was killed by gunshot and the Dutch took over and divided the area of his sultanate into four regencies.

The Monument of Sisingamangaraja XII was a complex that consists of two main objects, a statue and a traditional Toba house. The statue of Sisingamangaraja XII is positioned right at the center of the complex, directly in front of the monument’s main entrance. It was an equestrian statue. He was depicted wearing his battle suit, sitting on top of a horse with one of his hands bravely raised his weapon in the air while the other kept the horse steady. The horse was raising one front foot. In equestrian statues, rearing one front foot means that the person was wounded in battle. Historically, the King died directly on the spot after being shot, which should have been depicted with a horse rearing both front legs. This statue stood on a base around 2 meters tall. It was highly detailed with perfect anatomy. The statue was colored entirely in white, including the massive background with a lotus-like shape. The whole composition emphasised the fierceness of Sisingamangaraja XII. In front of the base was displayed the King’s symbol.


Sisingamangaraja XII adalah Raja Negeri Toba yang dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1961. Ia dikenal karena keberanian dan ketegasannya menolak masuknya misionaris dari Eropa yang berakibat pecahnya Perang Batak atau juga dikenal sebagai Perang Tapanuli tahun 1878. Tahun 1907, ia tewas dalam pertempuran melawan Belanda. Kematian Sisingamangaraja XII mengakhiri perang dan wilayah yang jatuh ke tangan Belanda kemudian dibagi menjadi empat, yaitu Padang Sidempuan, Nias, Sibolga, dan Tapanuli Utara, dan kemudian terbagi-bagi lagi menjadi beberapa pecahan kabupaten saat ini.

Dalam komplek Monumen Sisingamangaraja XII terdapat sebuah tugu dan sebuah rumah adat Batak. Monumen ini diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun 1992. Di ketinggian sekitar 8 meter, patung figur Sisingamangaraja XII memberikan kesan kekuatan dan kegagahannya. Satu tangannya memegang tali pelana dan yang satu mengangkat senjatanya ke udara. Kuda yang ia naiki berada dalam posisi mengangkat satu kaki depan, yang berarti, dalam pengartian pose patung penunggang kuda (equestrian statue), sang Raja meninggal akibat luka peperangan. Namun hal ini tidak sejalan dengan catatan sejarah mengenai penyebab kematian Sisingamangaraja XII yang mengatakan ia mati ditempat tertembak peluru. Patung equestrian untuk penyebab kematian tersebut biasanya digambarkan dengan kuda yang mengangkat kedua kaki depan. Terlepas dari hal tersebut, monumen ini berhasil dalam menciptakan karisma keagungan sosok Sisingamangaraja XII. Selain dari figur Sisingamangaraja XII sebagai pusat utama monumen, terdapat elemen pendukung berbentuk seperti susunan kelopak bunga teratai berukuran sangat besar di belakangnya. Pagar komplek monumen hampir selalu tertutup, untuk masuk diperlukan izin khusus.

Sumber tambahan:

Detail Info

TitleMonumen Sisingamangaraja XII
Also known as
Creator/ArtistLembaga Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII
Created10 November 1979
Inauguration Date9 November 1992
Located inMedan Kota, Medan
Address/LocationJl. Sisingamangaraja No.82, Teladan Barat, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20214
Artwork TypeStatue (Figurative)
MaterialSemen dan cat putih
Measurements
OwnerPemerintah
Project Budget
Funding Source
Person in charge

Notes:
This article about a sculpture in Indonesia is a stub. You can help IPAA by expanding it.