Patung Chairil Anwar

Chairil Anwar Statue is located in the Kayu Tangan area, now known as Basuki Rachmad Street. The exact location was at a small park in front of Gereja Katolik Hati Kudus Yesus (since 1905) and also near Toko Oen (since 1930). The bust statue sits on top of a round pedestal with a relief of his widely known poem, ‘Aku’, and an image of a book and a feather quill. The bust was painted in bronze color, except for the neck part where it showed the original color of cement. The size of the head appeared to be a bit larger.

Chairil Anwar (1922-1949) came to Malang in 1947 following his uncle, Sutan Sjahrir to attend the Fifth Plenary Session of the Central Indonesian National Committee (KNIP), a meeting which was the beginning of the DPR (People’s Representative Council) formation. His poems impressed Achmad Hudan Dardiri, the Special Military Investigator for the Chu Gakko unit and as a former student of the Indonesian Student Army (TRIP). Dardiri later initiated the Chairil Anwar Statue with the poem “Aku” as a slogan to encourage the fighting spirit. The artist behind the statue was Widagdo. It was officiated by the 6th Mayor of Malang City M. Sardjono on April 28, 1955, on Chairil Anwar’s 6th passing anniversary.


Patung Chairil Anwar berada di kawasan Kayu Tangan yang berganti nama menjadi Jl. Letjen Basuki Rachmad sejak tahun 1969. Lebih tepatnya ia berada di sebuah taman kecil di depan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus (sejak 1905) dan di dekat Toko Oen (sejak 1930). Patung Chairil Anwar terbentuk dari patung torso di atas sebuah pedestal silinder dengan ukiran puisi ‘Aku’ pada sisi kanan dan kirinya serta relief buku, pena bulu dan ukiran dekoratif. Patung Chairil Anwar sendiri ditampilkan dari kepala hingga bahu, tampak mengenakan kemeja dengan kancing bagian atas yang sedikit terbuka.

Chairil mengikuti pamannya, Sutan Syahrir ke Malang pada tahun 1947 untuk mengikuti Sidang Pleno Kelima Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang merupakan cikal bakal DPR RI. Acara tersebut diselenggarakan pada tanggal 25 Februari hingga 6 Maret di gedung Societeit Concordia (sekarang gedung Sarinah Malang) yang 4 bulan setelah itu dihancurkan pada Agresi Militer 1. Chairil Anwar hadir mewakili sastrawan dan menulis puisi ‘Sorga’ (25 Februari 1947) dan ‘Sajak Buat Basuki Resobowo’ (28 Februari 1947) yang kemudian diterbitkan dalam Pantja Raja, 1 April 1947; digabung dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu”.

Puisi tersebut membuat kagum Achmad Hudan Dardiri, seorang Penyelidik Militer Khusus kesatuan Chu Gakko sekaligus mantan pejuang Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP). Ia kebetulan merupakan seorang penggemar puisi dan tertarik dengan puisi Chairil Anwar yang lainnya. Dardiri kemudian menggagas dibangunnya Patung Chairil Anwar dengan puisi “Aku” sebagai semboyan penyemangat perjuangan. Dibuat oleh seniman Widagdo, pada tanggal 28 April 1955 patung diresmikan oleh Walikota Malang ke-6, M.Sardjono, di tanggal yang sama dengan wafatnya Chairil Anwar.

Detail Info

TitlePatung Chairil Anwar
Also known as
Creator/ArtistDiketuai H. Hudan Dardiri dibuat oleh perupa Widagdo
Created
Inauguration Date28 April 1955 oleh Walikota Malang ke-6 M. Sardjono Wirjohardjono
Located inMalang
Address/LocationJl. Jenderal Basuki Rahmat No.66, Malang
Artwork TypeStatue (Figurative)
Material
Measurements3 meter lebih
Owner
Project Budget
Funding Source
Person in chargeNadya Salsabila Daniputri

Notes:
This article about a sculpture in Indonesia is a stub. You can help IPAA by expanding it.