Patung Dewi Sartika & Emma Proeradiredja
Emma Proeradiredja and Dewi Sartika are two important figures in the struggle for women’s emancipation in Indonesia. Emma Proeradiredja was a woman with higher education at that time, and was active in organizations, politics and even went to the battlefield during the resistance against the Dutch. She was outspoken in voicing the rights of workers in the railways sector and women’s suffrage, considering that she was also present at the ratification of the Youth Pledge (Sumpah Pemuda, 1928) and in founding PASI. Meanwhile Dewi Sartika, born into a prominent Sundanese family, founded a school for women in West Java. First, she founded the Kaoetamaan Istri School, formed in 1910, then grew into 9 schools spread across West Java in just 2 years. She tries hard to educate girls so that someday they can become good housewives, can be strongly independent, are flexible, and skilled.
These two figures are immortalized in statues at the Bandung City Museum, each consisting of a stage featuring a plaque and a bust. The Bandung History Museum is a museum located on Jalan Aceh which contains the history of the formation of the City of Bandung, which was inaugurated by the Mayor of Bandung, Oded M Danial on October 31, 2018. In 2020, the mayor suggested together with the Ministry of Education for the restoration of the sculpture.
Bandung also has another sculptures of women heroes, one of them is of the Laskar Wanita Indonesia called the Laswi Monument.
Emma Proeradiredja dan Dewi Sartika merupakan salah dua tokoh penting dalam perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Emma Proeradiredja merupakan perempuan dengan pendidikan tinggi pada masanya, serta aktif dalam organisasi, politik hingga terjun lapangan dalam masa perlawanan terhadap Belanda. Beliau lantang dalam menyuarakan hak buruh di sektor perkeretaapian dan hak pilih perempuan, mengingat beliau juga turut hadir dalam pengesahan Sumpah Pemuda dan mendirikan PASI. Kemudian Dewi Sartika, lahir dari keluarga sunda terpandang, mendirikan sekolah untuk perempuan di Jawa Barat. Pertama Sekolah Kaoetamaan Istri dibentuk pada tahun 1910, 2 tahun berikutnya sudah ada 9 sekolah tersebar di seluruh Jawa Barat. Beliau berusaha keras mendidik anak-anak gadis agar kelak bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil. Kedua sosok ini di abadikan dalam patung di Museum Kota Bandung, masing-masing terdiri dari panggung yang menampilkan plakat dan patung dada. Museum Sejarah Bandung merupakan museum yang berada di Jalan Aceh yang berisi tentang sejarah terbentuknya Kota Bandung, diresmikan oleh Wali Kota Bandung Oded M Danial pada tanggal 31 Oktober 2018. Di depan patung tersebut terdapat dua patung tokoh pergerakan wanita dari Jawa Barat yaitu Dewi Sartika dan Emma Poeradiredja.
Dewi sartika merupakan tokoh pendidikan asal Cicalengka, Jawa Barat. Pada tahun 1899 ia pindah ke Kota Bandung dan pada tanggal 16 Januari 1904 ia membuat sekolah wanita bernama Sekolah Isteri di Kabupaten Bandung yang nantinya makin berkembang dan berubah namanya menjadi Sekolah Raden Dewi.
Emma Poeradiredja merupakan tokoh perjuangan emansipasi wanita. Pada tahun 1917 Emma berhasil menjadi wanita pertama yang melanjutkan pendidikan hingga ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang merupakan lanjutan sekolah yang lebih tinggi yang sulit dimasuki pribumi.
Detail Info
Title | Patung Dewi Sartika & Emma Proeradiredja |
Also known as | |
Creator/Artist | |
Created | |
Inauguration Date | |
Located in | Museum Kota Bandung, Bandung |
Address/Location | Jl. Aceh No. 47, Bandung |
Artwork Type | |
Material | |
Measurements | |
Owner | |
Project Budget | |
Funding Source | |
Person in charge |
Notes:
This article about a sculpture in Indonesia is a stub. You can help IPAA by expanding it.