Tugu Djaga Depari

Djaga Depari was a violinist and composer from Karo. He was famous for his song USDEK, a song he composed based on five points of President Soekarno’s political manifestation. His songs were substantially romantic, telling stories of pursuits of love, yet many of them were made as a battle anthem for their power of touching the hearts of the people and lighting up the spirits to fight the enemy.
This monument exhibits the real-life scale of Djaga Depari peacefully playing his violin. It stood in the middle of a busy intersection, right in front of Siti Hajar Hospital. Dense tree leaves covered the figure statue of the monument, making it invisible from afar. But from up close it gives a serene impression. The statue stood on a pedestal around 2,5 meters in height and 1,5 meters width. The top side edges were decorated with Karo traditional carving motif called ‘Pengeret-eret’, the form is of a lizard with two heads, on each end of the body. This motif was usually carved on the walls of Karo traditional ethnic house, functions like a mantra and prayer to counter bad luck, threats from evil beings, and to unite the family living within it. The statue was painted in black, while the pedestal was covered in black glossy tiles.


Djaga Depari adalah komposer dan violinis kelahiran Karo. Salah satu karyanya yang paling diingat adalah ‘USDEK’ (Undang-undang Dasar 1945, Sosial Terpimpin, Demokrasi terpimpin, Ekonomi terpimpin, Kepribadian Bangsa Indonesia), manifesto Presiden Soekarno yang digubahnya menjadi syair dan lagu berbahasa Karo. Erkata Bedil ciptaannya juga menjadi lagu nasional perjuangan kemerdekaan. Ia dikenal akan kepiawaiannya menciptakan lagu yang dapat diartikan dua arah; Erkata Bedil adalah lagu asmara namun ia juga menggambarkan semangat patriotik.

Monumen Djaga Depari menampilkan patung sosok Djaga Depari yang sedang fokus bermain biola. Patung ini terbuat dari cetakan semen yang diwarnai dengan cat. Sama seperti banyak patung figur di Medan, pewarnaan dilakukan oleh pemerintah pada tahun 2016. Ukurannya tidak terlalu besar, terlihat seperti seukuran manusia biasa, namun ia diletakkan tinggi di atas pedestal berukuran besar setinggi sekitar 4 meter. Pada bagian atas pedestal, terdapat ornamen ukiran khas Karo yang bernama ‘Pengeret-eret’ mengelilingi keempat sisinya, berbentuk cicak dengan kepala dua arah. Ornamen ini biasa terukir di dinding rumah adat Karo, yang ditujukan sebagai kekuatan untuk menolak bala (sial), ancaman dari roh jahat, dan sebagai pemersatu keluarga. Monumen terletak di persimpangan Jl. Jamin Ginting. Pemilihan posisi ini kemungkinan terkait dengan Djaga Depari yang semasa hidupnya dikenal sebagai ‘perpanjangan lidah’ Jendral Djamin Ginting.

Sumber tambahan:

Detail Info

TitleTugu Djaga Depari
Also known as
Creator/ArtistArry Darma
Created1 Agustus 1997
Inauguration Date18 Februari 1998
Located inMedan Baru, Medan
Address/LocationJl. Jamin Ginting No.10, Merdeka, Kec. Medan Baru, Kota Medan, Sumatera Utara 20154
Artwork Type
MaterialSemen
Measurements6m
OwnerPemerintah
Project Budget
Funding Source
Person in charge

Notes:
This article about a sculpture in Indonesia is a stub. You can help IPAA by expanding it.